Setiap perempuan yang memiliki kecantikan
diatas rata-rata menurut kebanyakan orang memiliki keistimewaan tersendiri. Aku
heran, siapa yang awal mula mengajarkan orang Indonesia untuk menetapkan bahwa
wanita cantik adalah yang mancung, putih, kurus. Sehingga saat anak kecil
ditanyai oleh seorang teman kakaknya: Adek... adek mau ga digendong sama kakak
cantik? Anak itu mengulurkan tangannya. Kemudian teman kakak nya bertanya:
adekk, aku cantik nggak? Dijawab oleh adek itu: cantik... kemudian mereka
bercanda ria. Dan kakak dan kedua temannya melanjutkan kegiatan mereka. Kemudian
saatnya makan siang dan teman si kakak yang satu lagi dan kebetulan bertubuh
gempal berkata: adik, sini main sama kakak mau nggak? Si adikpun dengan polosnya
menjawab: Nggak ah, adik mau main sama kakak cantik aja. Mereka tertawa,
menganggap itu hanya kepolosan anak kecil dan memaksa teman sang kakak yang bertubuh
gempal untuk ikut menikmati itu sebagai candaan dan kepolosan anak kecil
padahal tanpa sadar ia mrasa sakit. Ia hanya tulus ingin mengajak adik temannya
bermain. Ia menyukai anak kecil. Anak-anak tetangganya suka sekali bermain
dengannya karena ia merupakan sosok yang menyenangkan. Tetapi anak kecil ini tanpa
mengenalnya men-judge dirinya hanya karena ia tidak cantik. Ditambah pertanyaan
iseng dari orang-orang di sekitar yang suka menanyai anak kecil sembarangan.
Sang kakak bertanya: Adek, kak B (gempal) cantik ga? Si Adek menjawab: Tidak,
kak B gendut. Cantikan kak A. Lalu sang kakak dan teman-temannya tertawa
bersama. Ironi, sedari kecil anak Indonesia sudah diajarkan untuk lebih
menghargai orang yang secara fisik berpenampilan cantik/ tampan dan mengajarkan
anak-anak mereka untuk boleh berkata apa saja terhadap orang yang menurut
mereka tidak lebih cantik/tampan. Poor Them!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar