Kamis, 21 November 2019

Poor


Setiap perempuan yang memiliki kecantikan diatas rata-rata menurut kebanyakan orang memiliki keistimewaan tersendiri. Aku heran, siapa yang awal mula mengajarkan orang Indonesia untuk menetapkan bahwa wanita cantik adalah yang mancung, putih, kurus. Sehingga saat anak kecil ditanyai oleh seorang teman kakaknya: Adek... adek mau ga digendong sama kakak cantik? Anak itu mengulurkan tangannya. Kemudian teman kakak nya bertanya: adekk, aku cantik nggak? Dijawab oleh adek itu: cantik... kemudian mereka bercanda ria. Dan kakak dan kedua temannya melanjutkan kegiatan mereka. Kemudian saatnya makan siang dan teman si kakak yang satu lagi dan kebetulan bertubuh gempal berkata: adik, sini main sama kakak mau nggak? Si adikpun dengan polosnya menjawab: Nggak ah, adik mau main sama kakak cantik aja. Mereka tertawa, menganggap itu hanya kepolosan anak kecil dan memaksa teman sang kakak yang bertubuh gempal untuk ikut menikmati itu sebagai candaan dan kepolosan anak kecil padahal tanpa sadar ia mrasa sakit. Ia hanya tulus ingin mengajak adik temannya bermain. Ia menyukai anak kecil. Anak-anak tetangganya suka sekali bermain dengannya karena ia merupakan sosok yang menyenangkan. Tetapi anak kecil ini tanpa mengenalnya men-judge dirinya hanya karena ia tidak cantik. Ditambah pertanyaan iseng dari orang-orang di sekitar yang suka menanyai anak kecil sembarangan. Sang kakak bertanya: Adek, kak B (gempal) cantik ga? Si Adek menjawab: Tidak, kak B gendut. Cantikan kak A. Lalu sang kakak dan teman-temannya tertawa bersama. Ironi, sedari kecil anak Indonesia sudah diajarkan untuk lebih menghargai orang yang secara fisik berpenampilan cantik/ tampan dan mengajarkan anak-anak mereka untuk boleh berkata apa saja terhadap orang yang menurut mereka tidak lebih cantik/tampan. Poor Them!

Kamis, 19 September 2019

MAHASISWI YANG TERSESAT

Saya juga kaget ternyata saya bisa juga lulus sebagai mahasiswi Kebidanan salah satu universitas negeri di Semarang setelah ribuan kali terucap dari mulut saya dan teman-teman : wah gue nyasar nih di jurusan ini, wah gue harusnya masuk jurusan yang banyak omong, wah ini bukan jurusan gue banget. Nyatanya dari 42 temen sekelas yang lulus sampe akhir ya, kalo ditanya ada nggak sih yang mau jadi bidan (awalnya)? kok kayaknya mungkin bisa dihitung jari yang beneran dari awal niatnya mau jadi bidan. Tapi berhubung ya sudah istilahnya kecemplung sampe dasar ya mau piye meneh kalo bahasa kita mah, jalani saja. Temen cowok saya saat SD selalu bilang: wah Tika rak pantes banget kok dadi bidan, rak nyongko!!! atau kata-kata: Tik, koe galak ngene dadi bidan? rak pantes men!!! haha, saya sih nggak marah kalo digituin, ya gimana, nyatanya saya memang ngeri dari dulu, udah bawaan dari lahir mata saya yang ngantuk ini dikira orang lagi marah padahal saya nya mah selow aja. Dan nyatanya ratusan hari praktik pun saya lalui dengan oke-oke saja walaupun yaa mengeluh dulu sih.
Saya ingat diawal masuk ke kampus ini, Saya dan teman-teman dikumpulkan dalam suatu ruang oleh dosen kami, dan yah biasa sebagai mahasiswa baru ditanya motivasinya masuk jurusan ini itu apa dan pertanyaan basa-basi lainnya. Ada yang menjawab idealis, ada yang menjawab kecemplung ada yang menjwab disuruh orangtua dan lain-lain.
Kemudian dosen saya bilang:
"Kelak jika ini memang passion kalian, kalian akan menemukan indahnya dan bahagianya kalian saat tangis pertama bayi"
Dulu saya nggak mudeng sama sekali, apaan sih.. masa iya?

Menjadi Dewasa (Diary Manusia Overthinking)

 Dewasa.  Apa sih sebetulnya arti dewasa, sekarang termasuknya aku sudah dewasa atau belum. Yang jelas sampai sekarang aku masih sulit memut...